Aku

Foto saya
Aku bukan sedang menangis, tak juga marah bahkan tertawa, Aku sedang tersenyum di sela jamuanku.

Kamis, 24 Maret 2011

they don’t care how you are



" Butuh waktu untukku dapat membuka hati, banyak halangan, tangis, dan malah perlawan "

Curhatan waktu menyimakkan hatiku, sesaat setelah pagi itu terasa jenuh, kabur, n menyala. Hatiku panas, setan mampu menuankanku, hancurrrr semuanya.
Tertatih ku perbaiki semua semberaut yang mengerutkan keningku beberapa hari belakangan ini. Udara tak lagi sesegar dulu, angin tak lagi sesejuk kemaren, semua berkolaborasi seakan mengiyakan perasaanku.
Dari detik, menit, hingga jam terasa menyiksaku, menelan air ludah pun terasa eneg, aku ingin muntah!! Memuntahkan semua kenangan n masa yang tlah menaungi kelas hidupku saat itu. Aku terpuruk. Dan Nobody care bout me.. :(

Rabu, 23 Maret 2011

Curhatan Hati Anak BUMI

>>>

'Pengecualian dalam hidupku adalah KEBOHONGAN n PENGKHIANATAN'
Kepingan hati yang sempat terkoyak, kembali mendengkur, pertanda lelah dalam hubungan hampir 3 tahun ini.



"Lagu ini hanyalah sepenggal kisah cintaku
Cintai seseorang yang tak punya selera
Dia meninggalkan aku untuk yang lebih jelek
Juga tidak lebih baik
*courtesy of LirikLaguIndonesia.net
Gadis itu si joli
Gadis itu si doi
Gadis itu si mona
Gadis itu si lola
Joli itu tak lebih pintar dariku
Si doi body'nya kayak bodyguardku
Sementara mona tingkahnya belagu
Dan lola kampungan
Vega itu temanku
Vega itu sahabatku
Vega itu temanku
Vega itu sahabatku
Vega pengkhianat cinta..
Pengkhianat cinta..
Kau pengkhianat cinta...
Kau pengkhianat cinta..."

>>>

Mungkin benar kata orang, manisnya bercumbu itu tak lebih kisaran rda bumi 2 tahun..
Bumimu jenuh, sapanya..



"Ternyata hati, tak bisa berdusta
Meski ku coba, tetap tak bisa
Dulu cintaku, banyak padamu
Entah mengapa, kini berkurang

Reff :

Maaf, aku jenuh padamu
Lama sudah kupendam
Tertahan dibibirku
Mauku tak menyakiti
Meski begitu indah
Ku masih tetap saja.... jenuh ....

Taukah kini, kau kuhindari
Merasakan kau, ku lain padamu
Kini temukan, hanya cinta saja
Sementara kau, merasa cukup"

Rabu, 09 Maret 2011

Perspektif Sekolah Menegah VS Perguruan Tinggi yang Membudaya

Aaarrrrgghhh...!
Emosi membludak, tak terkontrol, hingga amarahpun memuncak.
Sedikit terasa lebhay, tapi yaa itu kenyataannya.

"...BODOH = Tamatan SMA !!??
Aku Kesal!!
Memang sedikit berbeda cara berkomunikasi dan menanggapi masalah, tapi toh jika orang tak cepat tanggap dan memahami sama aja bohong alias STUPID!!
Masa iya., pendidikan masalah utama??
Resah, gelisah, kesal, capek dan lelah aku memahaminya..."

Semberaut.. wajahnya mendengarkan ocehanku, mungkin dalam hatinya juga jengah mendengarnya.. "Iiihh..masih saja kemarahan bergerombol masuk untuk memadati hati dan otaknya!" Tapi biarkan saja, toh nanti adem sendiri.


Kebenaran yang Hakiki adalah takdir.
Setiap insan yang di beri akal, pikiran hingga perasaan yang berjuta-juta kesempatan memang mempunyai cara tersendiri untuk menikmati apa yang menjadi takdirnya.
Ada yang mensyukurinya, ada juga malah cuek, karena dia berada dalam kondisi yang enak (mampu dalam segala hal).
Sebenarnya karunia itu bisa saja dalam bentuk apapun, uang (materi), kesehatan, kebabahagian, dan kasih sayang. Bagaimana seseorang itu menyikapi hal tersebut hingga membuatnya menjadi hal yang pasti (takdir).
Banyak sekali kerumitan yang komplek terhadap karunia itu, dan tak jarang terjadi pada 1 manusia (pribadi) hingga keluarga (suatu kelompok).
Tak ada yang tau, bagaimana seseorang itu memandang terhadap apa yang telah ia peroleh, dan belum ia peroleh.
Jika dihadapkan pada masalah MATERI, ini merupakan hal utama yang sangat sensitif dan mudah bergejolak.
Ada si Kaya, ada juga si Miskin. Kedua-duanya bisa saja berkerjasama, bisa juga menjadi polemik yang berkepanjangan satu sama lain. Human is a part of Sosial in life.
Dalam kemajuannya, dunia tidak pernah bisa lepas dari yang namanya Teknologi yang dibarengi dengan Pendidikan. Itu kini menjadi hal pertimbangan mutlak dalam Perkawinan bahkan Pandangan manusia (HIDUP).
Tak asing rasanya kita mendengar, jika dalam dua hubungan manusia yang saling berkasih sayang dan dalam perkenalannya dengan orangtua masing-masing, hal utama yang ditanyakan adalah Pendidikan. "Kuliah dimana?".
Itu sudah menjadi tolak ukur yang membudaya, semenjak rezim Suharto lengser (mungkin.. hehee).
Dan bagaimana hubungannya dengan Sosial dalam Hubungan Manusia?
Bahwa manusia itu tidak hidup sendiri.

Apakah ya, orang yang hanya tamatan SMA, harus bergaul dengan tamatan SMA juga,
Begitu juga yang tamatan D3, harus bergaul dengan tamatan D3 pula,
Tamatan S1 dengan S1, tamatan S2 dengan S2.. dan seterusnya..
Lalu apakabar dunia? Jika mereka harus dibudayakan menjadi bagian kecil yang berkelompok, berkasta, dan sangat mengkerdilkan pemikiran.
Lalu hal yang paling hakiki tadi, apakabar dengan TAKDIR?
Sejatinya manusia adalah makhluk yang terbatasi oleh betukkan perasaan. Dan memosisikan setiap perasaan itu, tugas yang berat rasanya. Kenapa tidak? Toh dalam memorinya sudah terpasang begitu. Bahwa derajat Pendidikan penting!
Dunia memang penuh kejutan, keras bahkan menyedihkan.
Bijaksana memandang apa yang seharusnya menjadi Kebaikan, dan bagaimana BUDAYA itu dapat diseragamkan menjadi SATU PERASAAN. Hingga dapat menghormati TAKDIR. Karena bersumber dariNya.




"..Kasihan benar nasibku, orang yang diposisikan pada derajat kasta yang terendah, 'Sekolah Menengah'..yang hanya mempunyai rasa berjiwa besar menerima Takdirnya. Karena ku tahu DIA Maha Bijaksana, atas segala yang MEREKA budayakan terhadap takdirku, termasuk KAMU..", ujar dia yang terdengar sayup-sayup sampai, dan membuat redam emosiku...

Kamis, 03 Maret 2011

Lucky = Ketulusan & Spontanitas

Hmm..hmm.. uppss kali ini keberuntunganku..
Pagi menyapa kulitku dengan rayuan tergombal yang ia miliki, kaki kanan menjadi langkah yang paling menyenangkan kali ini.
Tak lupa ku pasang senyum teramboy menyaksikan perjuangan si tukang bubur sebagai penyemangat perjalanan galaunya, "Aku tak dapat jatah malam", bisiknya padaku..(hahaaa..aku hanya bisa tertawa mang, jawabku).
Masyarakat kota memang mempunyai kekhasan tersendiri dalam menyelinapkan keasaannya pagi itu, sempat bersitegang, namun akhirnya luluh termakan waktu dan nafkah.
Ku usap jembatan hatiku yang sempat goyah, menepi pada jurang dan kembali berdiri gagah, memulai keadaan baru.
Lajur kiri ku ambil sebagai jalan tengah pada perjalanan yang hampir memakan waktu 1/2 jam. Para raja jalanan kembali mengajakku bersaing waktu itu.
Seakan dalam hatinya bercuap "Ini mobil teranyarku" .. "Aku ketua Partai".. dan etah apa lagi yang mereka sanjungkan kepadaku.
Lebih baik belajar sabar.. (seakan Mama berbisik pada telingaku).
Banyak segi-segi yang terbagi yang mengkotak-kotakkan hatiku, sejak kulepas pedal mobil melaju berpacu dengan waktu, 08.35 hariku pun berubah. SK ku keluar maa..paa.. :)
Tak rugi rasanya aku memberikan senyuman itu pada si tukang bubur. Dan bersabar pada sang raja jalanan.
How lucky me today.. ^^