"Aku kira bekerja dan dengan gaji sendiri adalah hal yang sangat memuaskan. tapi tidak bagi Lala".. |ku awali kisahnya dengan bismillah|.
Emas putih pemberian Ibu masih menjadi pegangan yang jelas baginya di negeri orang, semenjak pertengahan Desember lalu ia yakin mencari jati dirinya.
Tak ayal, dia sempat bingung dan melengah lagi kebelakang, karena bagitu kerasnya hidup di kota metropolitan, dia sendiri.
Matanya sayu, badan melemah, dan tak jarang omonganpun tak nyambung dengannya. jadi hanya bertegur sapa, sedikit pelepas lelahnya.
Umurnya hampir menginjak kepala 3 alias 30 tahun. Tak ada rasa ragu, atau cemas yang ia tunjukkan, ketika hampir semua teman seperjuangannya telah menjadi Ibu.
Yah..kembali ia teringat Ibunya, Ibu yang sangat mengharapkan dirinya menjadi 'orang'.
Kata itu yang ia pegang sejak sesosok mayat ia temukan di.....
>>>>>>>> to be continue...
Kata-kataku, adalah isi hatiku, bisa itu nyata, atau hanya sebuah fiksi pembenar kenyataan. Mungkin sebagian orang, kata hanya sebuah 'kata'. Kadang terlupa bahkan tak jarang hanya menjadi persinggahan saja. Maka aku mencoba kembali mengingat saja.
Karena aku hanya manusia biasa, dengan senyuman yang nyata..>>dr hati..
*
Club Eighties
Dari Hati
Andai enkau tahu
Bila menjadi aku, sejuta rasa dihati
Lama tlah kupendam,
Tapi akan kucoba mengatakan
Chorus:
Ku ingin kau menjadi milikku
Entah bagaimana caranya
Lihatlah mataku untuk memintamu
Ku ingin jalani bersamamu
Coba dengan sepenuh hati
Ku ingin jujur apa adanya
Dari hati
Kini engkau tahu aku menginginkanmu
Tapi takkan kupaksakan
Dan kupastikan
Kau belahan hati
Bila milikku.. oooo
Chorus
Menarilah bersamaku
Dengan bintang-bintang
Sambutlah diriku
Untuk memelukmu
*hanya sedikit perasaan yang tersimpan dariku untuk seseorang yang telah 'lalu'
Tidak ada komentar:
Posting Komentar